RSS

Arsip Harian: April 4, 2010

Diabetes & Hipertensi Wanita Lebih Beresiko

Diabetes & Hipertensi

Wanita Lebih Beresiko

 

Hati-hati, ternyata wanita pun diintai penyakit berat dengan risiko yang tak ringan, yakni hipertensi dan diabetes. Apa saja yang harus diketahui tentang dua penyakit ini?

Sudahkah Anda membatasi konsumsi gula dan garam? Jika Anda suka makanan manis-manis dan asin-asin, sebaiknya berhati-hati mulai sekarang. Pasalnya, dua penyakit berat bisa mengintai. Ya, hipertensi dan diabetes bisa menyebabkan komplikasi pada kehamilan serta meningkatkan risiko kematian ibu dan bayi. Bagi wanita yang tidak sedang hamil pun kedua penyakit berat ini bisa mengganggu fungsi organ vital yang lain, seperti ginjal dan jantung. Berikut penjelasan dr. Anton Cahaya Widjaja dari Klinik Diabetes Nusantara, Jakarta mengenai kedua penyakit ini.

Sebenarnya, secara prevalensi, wanita dan pria mempunyai peluang yang sama terkena diabetes. Hanya saja, dari faktor risiko, wanita lebih berisiko mengidap diabetes karena secara fisik ia memiliki peluang peningkatan BMI (body mass index) lebih besar. Sindroma siklus bulanan (premenstrual syndrome), pasca-menopause yang membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat proses hormonal tersebut sehingga wanita berisiko menderita diabetes. Selama wanita dalam berat badan ideal, di usia produktif, tidak memiliki kebiasaan merokok, dan tidak punya riwayat tekanan darah tinggi serta gangguan kolesterol, mereka relatif lebih jarang terserang.

Selain faktor yang dapat dimodifikasi, faktor genetik juga merupakan pencetus diabetes. Gen yang diturunkan dari orang tua ke anak memperbesar peluang. Namun teori yang sekarang tidak lagi meyakini anak perempuan lebih berpeluang mengidap diabetes. Siapa pun bisa. Intinya, jika salah satu orang tua memiliki riwayat diabetes, maka anak (laki-laki atau perempuan) memiliki 25% peluang mengidap diabetes kelak kemudian hari. Sementara jika kedua orangtua pengidap diabetes, peluangnya meningkat hingga 75%. Di samping itu, 80% risiko diabetes sangat dipengaruhi oleh lingkungan.

 

KELAHIRAN CAESAR


Setidaknya ada 4 tipe diabetes, yakni tipe 1, tipe 2, gestasional diabetes (diabetes kehamilan), dan diabetes tipe lain (seperti karena gangguan hormon, autoimun, penggunaan obat-obatan steroid dosis tinggi). Keempat tipe ini kemudian dijadikan patokan klasifikasi tindakan preventif dan pengobatan diabetes.

Mengapa bisa terjadi diabetes melitus tipe 2 pada wanita hamil? Ada pameo di masyarakat yang menganggap ketika hamil, sang ibu makan untuk dua orang. Padahal pada saat hamil, terjadi ketidakstabilan hormonal progesteron tinggi, sehingga meningkatkan sistem kerja tubuh untuk merangsang sel-sel berkembang (termasuk pada janin). Tubuh pun memberikan sinyal rasa lapar. Pada puncaknya, ini menyebabkan sistem metabolisme tubuh tidak bisa menerima langsung asupan kalori dan menggunakan secara total.

Selain itu, ada kerja hormon seperti progesteron dan estrogen yang fluktuatif memberi ekses pada insulin. Berbeda dengan pasien wanita diabetes tipe 1 yang umumnya sudah mengetahui sejak dini (bisa diketahui sejak belasan tahun) sehingga harus terencana betul ketika akan hamil. Ia disarankan untuk tidak hamil sebelum dokter menilai diabetes melitus yang diidapnya terkendali untuk menjalani proses kehamilan hingga kelahiran. Pada saat hamil, penggunaan obat-obatan insulin pun harus dipantau. Dan 98% penderita yang hamil, rata-rata melahirkan dengan operasi sesar, untuk mengurangi risiko kegagalan dalam proses persalinan baik bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan. Diabetes melitus tipe 1 ini lebih banyak disebabkan oleh proses autoimun atau proses kerusakan sel beta pankreas sebagai penghasil hormon insulin secara otomatis dan proses ini tidak dapat dikendalikan secara sadar.

 

OBESITAS JADI PEMICU


Gejala yang umum dikenal adalah banyak minum, poli uri (air seni banyak) dan banyak makan. Namun diabetes juga identik dengan gejala lain seperti cepat ngantuk, gatal-gatal, cepat capek, sering keputihan juga munculnya bisul. Ini disebabkan gula darah sangat mempengaruhi jaringan tubuh. Banyak faktor risiko dan lingkungan pemicu diabetes yang sering diabaikan, terutama pola makan dan gaya hidup sehari-hari. Diabetes melitus sendiri disebabkan oleh banyak hal, mulai insulin yang mengalami inefektivitas dan tidak berfungsi mengontrol gula dalam darah dengan baik, atau insulin yang lebih banyak terkuras untuk mengontrol lemak.Padahal, insulin merupakan protein yang sangat sensitif. Fungsinya sebagai anak kunci untuk membuka sel-sel agar gula bisa masuk ke dalamnya.

Obesitas merupakan faktor utama pemicu insulin menjadi lebih sedikit karena terdesak oleh kerja lemak yang banyak tersebut. Apalagi pada orang yang tidak banyak bergerak, insulin juga bisa menjadi inaktif. Gula yang seharusnya didistribusikan mengikuti peredaran darah ke sel-sel yang membutuhkan saat kita bergerak jadi tidak optimal. Nah, intake gula yang terlalu banyak akan membuat insulin tidak optimal meski jumlahnya cukup. Selain itu juga akan meningkatkan risiko insulin resistance. Saat gula banyak, pankreas akan memroduksi insulin sebanyak-banyaknya. Dan pada 2 jam setelah makan, gula darah turun serendah-rendahnya. Ini adalah salah satu pertanda insulin resistance. Setelah berjalan 5-10 tahun dapat mengakibatkan kegagalan organ pemroduksi insulin, dan terjadilah diabetes.

 

HIPERTENSI


Pasien pengidap hipertensi seringkali dikaitkan dengan mengidap diabetes. Tekanan darah yang tinggi menyebabkan distribusi gula pada sel-sel tidak berjalan optimal. Intinya jika tekanan darah baik, gula darah juga akan terjaga. Dan sebaliknya, insulin bersifat sebagai zat pengendali sistem renin-angiotensin, sehingga kadar insulin yang cukup menyebabkan tekanan darah terjaga.

Di dalam tubuh kita terdapat suatu mekanisme sistem renin-angiotensin yang mengendalikan tekanan darah. Sistem yang terdapat di otak ini mengendalikan pengecilan dan pelebaran pembuluh darah serta ekses hormon termasuk yang memengaruhi insulin. Pada wanita, sistem ini sangat dikendalikan oleh mekanisme hormon estrogen dan progesteron. Maka setelah menopause, peluang mengalami hipertensi pada wanita akan semakin besar. Pasalnya, wanita pasca menopause juga berpeluang mengalami pertambahan berat badan yang radikal. Wanita pasca menopause juga akan mengalami aterosklerosis (penyempitan pembuluh darah jantung) lebih besar dan meningkatkan resiko hipertensi. Selain berhentinya siklus bulanan, penggunaan kontrasepsi oral (hormonal) juga dapat meningkatkan risiko terkena hipertensi dan diabetes.

 

PREVENTIF DAN KURATIF


Ada banyak penyebab hipertensi, di antaranya faktor genetik, ras (ras afro memiliki tekanan darah lebih tinggi ketimbang ras Asia), makanan (makanan asin-asin atau tinggi natrium atau sodium lebih berisiko mengalami tekanan darah tinggi), demografi (orang-orang di daerah urban dengan stres tinggi lebih berisiko), serta faktor kebiasaan. Perokok, terutama heavy smoker, lebih berpeluang mengalami penyempitan pembuluh darah penyebab hipertensi. Tak cuma itu, pengidap hiperkolesterolemia juga memiliki resiko tinggi mengidap hipertensi, selain penggunaan obat-obatan steroid. Pengobatan hipertensi disesuaikan dengan berat ringannya penyakit. Pada hipertensi yang masih di ambang suboptimal (tekanan darah 130 per 80) masih bisa dilakukan terapi preventif. Di atas itu harus dengan terapi kuratif. Upaya preventif misalnya dengan mengurangi sodium dan meningkatkan konsumsi kalium, mengurangi konsumsi daging merah dan menggantikan dengan daging putih, konsumsi makanan serealia, sayur-sayuran dan kacang-kacangan.

Konsumsi makanan tinggi kalsium juga dibutuhkan untuk menjaga pembuluh darah supaya tidak rapuh. Selain itu dengan meningkatkan intake magnesium untuk meningkatkan kekuatan otot pembuluh agar lebih kuat terhadap risiko hipertensi dan olah raga teratur. Yang tak kalah penting, menemui dokter untuk berkonsultasi apabila memiliki riwayat hipertensi dalam keluarga. Terutama bila sering mengalami pusing atau sakit kepala disertai rasa berdebar atau kaku di daerah tengkuk hingga leher. Sementara upaya kuratif misalnya dengan penggunaan obat diuretik untuk menurunkan tahanan air dalam tubuh, betablocker untuk mengendalikan reseptor di pembuluh darah jantung, serta obat penghambat angiotensin.

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada April 4, 2010 inci Uncategorized